Setiap Penyakit Ada Obatnya

Rasulullah bersabda: “Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan juga obat untuk penyakit itu.“

Apabila ditimpa penyakit, maka seorang hamba yang mempunyai pemahaman akan hadits diatas maka hatinya menjadi lembut dan akan merasa kuat disamping rasa harap dan optimis dalam menantikan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan jangan merasa enggan untuk berobat dan selalu berupaya untuk mencari sebab-sebab kesembuhan, seperti mencari dokter dan pengobatan.

Rasulullah bersabda:
”Setiap penyakit ada obatnya, bila diberi obat, maka akan sembuh dengan izin Allah “. (Hr Imam Muslim).



Dua hal tentang ujian sakit, yaitu :

1. Bahwa obat adalah hanya sebab kesembuha, sedangkan penyembuh yang sebenarnya hanyalah Allah semata. Oleh karena itu kesembuhan dari Allah melalui melalui obat yang dikonsumsi, dan bisa jadi Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kesembuhan walaupun tanpa obat. Sebagaimana firman Allah ketika menceritakan kisah Nabi Ibrahim, "

"Dan apabila aku sakit. Dialah Yang menyembukhkan aku”, (Qs. As-Syu’ara : 80).



2. Bahwa jangan berobat dengan sesuatu yang diharamkan, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan untuk berobat dengan benda-benda haram dan Allah tidak menjadikan benda-benda penyembuh dari benda-benda yang diharamkan-Nya.

Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya Allah Subahanhu wa Ta’ala menciptakan penyakit dan obat, maka berobatlah, akan tetapi janganlah kalian berobat dengan yang haram.” (Hr Ad-Daulabi).

Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikan penyembuh kalian dengan benda-benda haram.”

Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya Allah Subahanhu wa Ta’ala tidak menjadikan kesembuhan kamu dengan benda-benda yang diharamkan bagi kamu.”


Yakinlah bahwa cobaan yang berupa penyakit ataupun hal-hal yang tidak disukai adalah merupakan bukti cinta Allah kepada hamba-Nya.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum niscaya Dia akan mencoba mereka. Maka barangsiapa yang ridha terhadap cobaan tersebut, baginya keridhaan allah, dan barangsiapa murka terhadap cobaan tersebut, maka baginya murka Allah, “

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cahaya Surat Al-Kahfi

Nabi saw bersabda:

“Sesungguhnya barangsiapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, niscaya ia akan diterangi oleh cahaya antara dua Jum’at.”

“Sesiapa membaca dari Surah Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya daripada kepala hingga kakinya dan sesiapa yang membaca keseluruhannya, maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi.”

“Sesiapa membaca Surah Al-Kahfi pada hari Jumaat, maka bersinarlah cahaya daripada bawah kakinya hingga ke langit, untuknya di hari kiamat dan diampunkannya antara dua Jumaat.”

"Maukah aku tunjukkan padamu suatu surat yang diikuti oleh seribu malaikat ketika diturunkan, dan keagungannya memenuhi antara langit dan bumi?” Sahabat menjawab: Mau. Rasulullah saw bersabda: “Surat Ashhabul Kahfi. Barangsiapa yang membacanya pada hari Jum’at, Allah akan mengampuni dosanya sampai Jum’at berikutnya dan ditambah tiga hari, diberi cahaya yang mencapai ke langit, dan akan terjaga dari fitnah Dajjal.”

“Barangsiapa yang menjaga sepuluh ayat dari surat Al-Kahfi, ia akan memiliki cahaya pada hari kiamat.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keistimewaan Surat AL-Mulk

Ibnu Abbas berkata:”Pada suatu hari ada seseorang menghampar jubahnya di atas kuburan dan ia tidak tahu bahwa tempat itu adalah kuburan, lalu ia membaca surat Al-Mulk, kemudian ia mendengar suara jeritan dari dalam kuburan itu: inilah yang menyelamatkan aku. Kemudian kejadian itu diceriterakan kepada Rasullulah SAW,lalu beliau bersabda: "surat Al-Mulk dapat menyelamatkan penghuni kubur dari azab kubur.”


Imam Muhammad Al-Baqir berkata: ”Surat Al-Mulk adalah penghalang dari siksa kubur, surat ini termaktub di dalam taurat, barang siapa yang membacanya di malam hari ia akan memperoleh banyak manfaat dan kebaikan. Sungguh aku membacanya dalam shalat sunnah sesudah Isya’ dalam keadaan duduk. Ayahku membacanya pada sian dan malam. Barang siapa yang membacanya, maka ketika malaikat Munkar dan Nakir akan masuk ke kuburnya dari arah kedua kakinya, kedua kakinya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan kearahku, karena hamba ini berpijak kepadaku lalu ia membaca surat Al-Mulk pada siang dan malam hari; ketika mereka datang kepadanya dari rongganya, rongganya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan kearahku, karena hamba ini telah menjagaku dengan surat Al-Mulk; ketika mereka datang kepadanya dari arah lisannya, lisannya berkaya kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam denganku.”


Imam Muhammad Al-Baqir: ”Bacalah surat Al-Mulk, karena surat ini menjadi penyelamat dari siksa kubur.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

9 Nama Syaitan dan Perilakunya

1. Zalituun
Duduk di pasar supaya manusia hilang sifat hemat. Menggoda supaya manusia berbelanja lebih dan membeli barang-barang yang tidak perlu.

2. Wathiin
Pergi kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk terhadap Allah.

3. A'awan
Menghasut sultan/raja/pemerintah supaya tidak mendekati rakyat. Bangga dengan kedudukan / kekayaan hingga lupa kepada rakyat dan tidak mau mendengar nasihat para ulama.

4. Haffaf
Berkawan baik dengan pemabuk. Suka menghampiri orang yang berada di tempat-tempat maksiat (cth: disko, club malam & tempat yg ada minuman keras).

5. Murrah
Merusakkan dan melalaikan ahli dan orang yg menyukai musik sehingga lupa kepada Allah. Mereka ini tenggelam dalam kesenangan dan glamournya dunia

6. Masuud
Duduk di bibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan apa saja penyakit yg berasal dari kata-kata mulut.

7. Daasim
Duduk di pintu rumah kita. Jika tidak memberi salam ketika masuk ke rumah, Daasim akan bertindak agar terjadi percecokan dalam rumahtangga (suami isteri bertengkar, suami kasar, memukul isteri, isteri hilang pertimbangan menuntut cerai, anak-anak disakiti dan berbagai bentuk kerusakan rumah tangga lainnya).

8. Walahaan
Menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika berwudu' dan solat dan mengacaukan ibadah-ibadah kita yg lain.

9. Lakhuus
Merupakan sahabat orang Majusi yang menyembah api/matahari.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keutamaan 10 Hari Yang Pertama Bulan Dzul Hijjah

Nabi saw bersabda: "Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni, Sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah.
Mereka bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?.
Beliau menjawab: Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun".

Nabi sawbersabda: "Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzul Hijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid".


10 Amalan Yang Diisyaratkan

1. Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah
Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga".

2. Berpuasa Pada Hari Arafah
Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi: "Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku".

Nabi saw bersabda: "Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun". (Hadits Muttafaq 'Alaih).

Nabi saw bersabda: "Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya".


3. Takbir dan Dzikir
Sebagaimana firman Allah Ta'ala: ".... dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan ...".
(Al-Hajj : 28).

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma. "Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid". (Hadits Riwayat Ahmad).


4. Taubat serta Meninggalkan Segala Maksiat dan Dosa
Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta'atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.

Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya" (Hadits Muttafaq 'Alaihi).


5. Banyak Beramal Shalih
Berupa ibadah sunat seperti: shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma'ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.


6. Disyariatkan pada Hari-hari itu Takbir Muthlaq
Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah; bagi selain jama'ah haji dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.


7. Berkurban pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq
Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta'ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Artinya :
"Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu". (Muttafaq 'Alaihi).

8. Dilarang Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku bagi orang yang hendak Berkurban
Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu 'Anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
Artinya :
"Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya".

Dalam riwayat lain : "Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban".

Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya.
Firman Allah.
Artinya :
" ..... dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan...".
(Al-Baqarah : 196)

Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.

9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha
Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

5 Kesalahan Yang Dilakukan Nabi Muhammad saw Semasa Hidupnya

Salah satu doktrin utama dalam agama Islam adalah bahwa semua utusan Allah itu maksum. Artinya semua tindak langkah para Rasul itu steril dari kesalahan. Setiap apa yang disampaikannya pasti benar sebab peluang kesalahan telah ditutup rapat. Amaliah yang mereka lakukan hanya terbatas pada pekerjaan yang berhukum wajib dan sunat, tidak sampai pada ranah mubah, apalagi makruh dan haram.

Semua itu, sekali lagi, merupakan pemahaman-pemahaman aksiomatis dalam Islam dan benar adanya. Namun masalah yang muncul kemudian adalah, bahwa secara eksplisit dan implisit ternyata al-Quran menyebutkan jika Nabi Muhammad juga pernah melakukan ‘kesalahan’. Di antara kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama
ketika Abdullah Bin Ubai Bin Salul, pentolan orang-orang munafik, meninggal, Rasulullah menyalati dan mendoakannya. Oleh sebab itu lalu Allah menegurnya: “Janganlah sekali-kali kamu menyalati (jenazah) seorang yang mati dari mereka (munafik), dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di atas kuburan mereka. Sesungguhnya mereka telah kafir pada Allah dan utusannya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS At-Taubah [09]: 84).


Kedua
Nabi Muhammad pernah mengharamkan madu dan budak perempuannya untuk diri beliau sendiri yang notabenenya dihalalkan oleh Allah. Karena itu Allah menegur beliau dengan firman-Nya berikut: “Wahai Nabi (Muhammad), mengapa kamu mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah padamu. Kamu ingin menyenangkan hati istri-istrimu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS At-Tahrim [66]: 4).


Ketiga
Nabi Muhammad memberi toleransi kepada orang-orang munafik untuk tidak mengikuti perang Tabuk, lalu Allah menegur beliau melalui firman-Nya: “Semoga Allah memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin (untuk tidak mengikuti perang Tabuk) sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar-benar uzur (berhalangan) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?” (QS At-Taubah [09]: 43).


Keempat
Nabi Muhammad mendapat teguran dari Allah atas kebijakan beliau mengambil tebusan dari para tawanan perang Badar. Allah berfirman yang artinya: “Tidak pantas bagi seorang Nabi mempuyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuh-musuhnya di muka bumi. Kau menghendaki harta duniawi sedang Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu), dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Anfal [08]: 68).


Kelima
Pada peristiwa perang Uhud Nabi Muhammad mengalami luka-luka yang cukup parah, sedangkan orang-orang Islam banyak yang melarikan diri, sehingga beliau emosi dan berkata “Akankah selamat suatu kaum jika melakukan hal seperti ini pada nabinya?!” Lalu Allah menegur beliau: “Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka.” (QS Ali Imran [03]: 128)


Dari lima fakta yang dipaparkan dalam al-Qur’an di atas, tentu saja secara awam dapat dipahami jika Rasulullah ternyata pernah melakukan sejumlah ‘kesalahan’. Dengan demikian di sini jelas terjadi kontradiksi antara sifat maksum yang harus ada pada setiap Rasul dan ‘kesalahan-kesalahan’ yang telah dipaparkan di atas. Lalu bagaimana kita memahami dan menaggapi kenyataan ini?

Rasulullah juga manusia, jadi tidak bisa terlepas dari sifat-sifat yang manusiawi (al-A‘râdhul-Basyariyah). Beliau makan, minum, tidur, sakit, gembira, susah dan lain sebagainya. Sebagai manusia, beliau juga bisa ‘lupa’ dan ‘salah’. Kejadian-kejadian di atas merupakan refleksi dari al-a‘râdhul-basyariyah beliau. Namun kemudian timbul pertanyaan: apakah hal tersebut tidak bertolak belakang dengan sifat maksum yang dimiliki oleh Nabi Muhammad? Jawabannya tentu “sama sekali tidak”. Bahkan sebaliknya, hal tersebut justru semakin mengukuhkan sifat kemaksuman beliau.

Kalau kita cermati kejadian-kejadian di atas secara spesifik, maka akan kita dapati bahwa setiap kali Rasulullah melakukan ‘kesalahan’, pasti Allah akan menegurnya. Hal tersebut sama sekali tidak merusak konsep maksum yang melekat pada beliau, namun justru semakin menguatkan pemahaman bahwa setiap apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad pasti benar dan terbebas dari setiap bentuk kesalahan. Sebab setiap kali beliau melakukan ‘kesalahan’ pasti akan ada teguran langsung dari Allah, sehingga beliau akan segera meralat ‘langkah salah’ tersebut.

Dari fakta-fakta empiris di atas dapat diambil kesimpulan bahwa konsep maksum yang ada pada diri para Rasul bukan berarti mereka tidak pernah salah. Akan tetapi ketika mereka melakukan kesalahan, maka akan datang teguran dan peringatan langsung dari Allah dan mereka akan segera memperbaiki kesalahan tersebut. Sebuah rumah dikatakah bersih, bukan berarti rumah tersebut tidak pernah kotor. Tapi ketika ada kotoran maka segera dibersihkan.

Hal yang perlu dicatat di sini adalah bahwa dibalik ‘kesalahan-kesalahan’ yang diperbuat para Rasul terdapat banyak hikmah. Di antaranya, kesalahan tersebut merupakan bagian dari proses Tasryî‘ul-Ahkâm (pemberlakuan suatu hukum) dan dalam rangka memberi contoh berijtihad.

Juga perlu diingat, standard kesalahan pada diri para Rasul tidak sama dengan standard manusia pada umumnya. Suatu perbuatan yang dianggap wajar jika dilakukan manusia biasa, bisa jadi perbuatan tersebut salah jika dinisbatkan kepada para Rasul. Sebagai contoh peristiwa dalam perang uhud. Tentu sangat manusiawi jika seseorang emosi ketika mengalami hal sebagaimana dialami oleh Rasul tadi. Tapi karena yang melakukannya adalah seorang Nabi, maka hal tersebut dianggap suatu kesalahan. “Sesungguhnya dalam diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagimu.” (QS Al-Ahzab [33]: 21)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS